Kala Aku Sendiri

dunia memang benar benar sepi
tangisan burung dan riak air yang berkumandang di seantero tanah air

duduk dengan berbungkus cawat saja
memandangi reruntuhan yang meronta ingin segera diangkat
ia merenek karena dengan tidak sengaja menindih manusia manusia yang terlelap dalam buaian sepi

sepi yang berisikan tangisan milyaran galon air…….diam…merayap..lalu menghempas dengan cepat
ketika manusia manusia itu menangis dan menuduhnya telah mendzalimi mereka..

ia hanya meneteskan air mata dan berkata bahwa ini bukan keinginannya
ia hanyalah mengikuti desakan perut bumi yang tidak dapat di tentangnya
bukan juga ia datang tanpa peringatan
karena terlebih dahulu ia sudah khabarkan melalui seruan seruan keras agar orang orang berlari dan pergi jauh darinya..

ya..kini aku merasa sepi dan sendiri lagi
karena ratusan ribu orang yang tidak kukenal dan kukenal telah pergi tanpa bisikkan ucapan selamat tinggal
mereka pergi dalam senyap
mereka pergi dalam diam

aku yang duduk berbalutkan cawat berlari lari seperti orang gila
menarikan kesedihan yang diharapkan menjadi doa agar mereka terbang ke alam penantian untuk menjadi kekasih Tuhan
wahai matahari di ufuk timur

coba kau arahkan sinarmu di esok hari kepada raga raga yang terpisah namun masih menyimpan nafas di sana
agar mereka bisa saling memanggil nama satu dengan yang lainnya agar mereka dapat titikkan air mata syukur dan kesedihan serta keharuan dalam waktu yang bersamaan…

aku…biarkanlah aku sendiri lagi dalam sepi untuk sesaat….hingga cawatku ini ditemukan oleh orang orang yang memanggil namaku namun tak memperoleh jawaban…

hingga tubuhku ini diangkat dengan isak tangis yang membahana di seantero jagad

dimana aku…manusia yang paling beruntung masih dapat pijakkan diri di bumi tercinta ini dengan utuh walau telah terputus jalinan kenanganku…

kini aku yang duduk bercawat ini sendiri lagi…
dalam sepi..dalam senyap…dalam haru..
tiba saatnya mengucap selamat tidur…..hai keluargaku yang tak kukenal namun kukenang

Loketz Syair