Pages

Selasa, 01 Mei 2012

Ketika Malam Itu

Acara TV sore ini tak satupun membuat aku tertarik, kalau sudah begini aku bingung, entah apa yang harusakulakukan. Risa bersama Ali kekasihnya. Dan sahabat ku Bima entah kemana.Bioskop dan mall, bukan tempat yang aku suka, apalagi harus pergi sendiri.

Karena sudah cukup bosan berdiam diri, akhirnya aku memutuskan untuk mencuci mata dengan mengendarai mobilku mengelilingi kota ini. Aku terus melihat kekanan dan kekiri, tanpa sadar aku tidak melihat seorang lelaki sedang menyebrang dan “C I I I I T …” suara rem mobilku berdenyit kencang. Aku turun dari mobilku dan berjalan kearahlaki-laki itu.
“Hey, kalo jalan pake mata dong !” Kataku kesal.
“Udah salah, marah-marah lagi” Jawabnya datar dan beranjak pergi.
“Hey, tunggu !” Teriakku dan hanya di abaikan olehnya. Pandanganku terus membuntutinya hingga akhirnya ia hilang di kerumunan orang.
Aku masuk kemobilku dan melanjutkan perjalananku. Tak jauh dari situ, aku melihat restoran baru di tepi pantai. Karena perutku mulai lapar, aku memutuskan untuk pergi ke restoran itu.

Setelah memarkirkan mobil, aku langsung masuk ke restoran itu dan memilih tempat yang mengapung di pantai. Untuk menuju tempat itu, aku harus melewati jembatan yang terbuat dari bambu. Sesampainya disana, aku tidak langsung duduk melainkan menikmati pemandangan sekitar hingga akhirnya seorang pelayan datang.
“Permisi, mau pesan apa?” Tanya pelayan ramah.

Aku membalikan badanku dan terkejut dengan apa yang aku lihat. “Kamu yang tadikan?” Tanyaku yakin.
“Maaf ?” Jawabnya datar.
“Kamu hanya tinggal jawab iya dan segera minta maaf sama saya karena kamu hamper membuat saya celaka” Ucap ku kesal.
“Baiklah, saya permisi dulu, jika sudah menentukan ingin memesan apa, pelayan saya akan kesini untuk melayani anda. Permisi” Sahutnya dengan nada yang masih datar dan pergi.
***

Keesokan harinya. Aku mengendarai mobilku menuju rumah sepulangku dari kampus namun tiba-tiba mobilku berhenti di tengah jalan. Aku pun terpaksa keluar dan melihat yang terjadi, ternyata ban mobilku terkena paku. Aku berharap ada seseorang yang lewat dan bias menolongku. Namun tak seorangpun lewat, karena hujan deras dan rasa takut mulai menghantui akhirnya aku meninggalkan mobilku dan berjalan menuju perumahan terdekat. Kulihat laki-laki pemilik restoran itu berjalan keperumahan, kuikuti terus dan akhirnya ia masuk kesebuah rumah sederhana yang cukup mewah.
“Aku rasa aku mengenali rumah ini” Gumamku.

Setelah kurang lebih lima menit ia masuk kedalam rumah, aku masih terpaku dalam lamunanku. Aku memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu.Laki-laki itu keluar.
“Emm, akuboleh berteduh disini gak?” Tanyaku memelas.
“Kenapa aku harus menolongmu?” Tanyanya balik.
“Udah deh Ky, kamu jangan pura-pura jutek gitu lagi ahh, aku udah inget semuanya. Kamu Ricky kan?” Kataku percaya diri.
“Haha, ketauan deh. Makin jutek aja kamu, udah yuk masuk” Jawabnya mulai ramah

Kita berbincang-bincang tentang masa-masa SMP dulu.Ia dari dulu memang terkenal dingin namun sebenarnya ia lucu dan asyik diajak ngobrol bahkan dari dulu aku sangat menyukainya. Semenjak saat itu, aku dan dia sering bertemu, berbincang-bincang, bersenda gurau hingga akhirnya ia memperkenalkan dunianya padaku. Ia adalah seorang pembalap liar. Namun aksinya selalu di tunggu-tunggu penonton yang setia menyaksikan balapan liar itu.
Hari itu untuk pertama kalinya ia mengundangku dan sahabat-sahabatku untuk melihatnya bertanding. Ia membawaku berputar mengelilingi jalur balapannya dengan perlahan. Ia banyak menceritakan kisah-kisahnya saat perjalanan. Ia lalu menurunkanku di garis start dan mengantarku ketempat sahabat-sahabatku yang sudah duduk bersama kekasihnya masing-masing.
Di depan sahabatku, Ricky menggenggam tanganku dan berkata “Kamu tau gak masalah yang sampai sekarang masih menghantuiku?”

Aku yang terkejut dengan yang dilakukan Ricky hanya bias menggeleng tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“Aku suka sama kamu, sebenarnya ini udah aku pendam dari kita SMP dulu sampai sekarang dan sekarang di depan sahabat-sahabat kamu, aku mau bilang apa kamu mau jadi pacaraku?” Katanya dengan tatapan tajam kearah mataku.
“A-asal kamu tau, dari dulu sampai sekarang aku nunggu kamu buat ngucapin ini” Jawab kutersenggal-senggal karena saking bahagianya.
“Jadi, kamu mau?” Tanyanya meyakinkan dan aku hanya mengangguk. “Makasih yaa Seny, aku lega udah ngungkapin ini semua ke kamu dan kalaupun aku harus mati detik ini juga aku rela …”
“sssstttt, gakbolehngomongbegitu” Ucapkumemotongpembicaraannya.

Karena balapan akan segera di mulai, aku menyuruhnya agar segera ke mobil dan bersiap. Ia pun meng’iyakan dan berjalan menuju mobilnya. Para pembalap kini berdiri di samping mobilnya masing-masing. Aku mengekori Ricky dengan pandanganku. Ia lalu melempar senyum kepadaku dan melambaikan tangannya. Aku membalas lambaiannya dan kemudian ia bergegas masuk kedalam mobil. Ia mulai menyalakan mobilnya dan kemudian diikuti pembalap lainnya. Lampu kini berwarna hijau dan semua mobil melaju dengan kencang, tak terkecuali mobil Ferari merah buatanJerman yang dikemudikan oleh Ricky.

Pertandingan berjalan lancer hingga akhirnya sampai pada lap terakhir. Ferari merah sampai pada tikungan terakhir. Di muka tikungan, sebuah pembalap lain bersikeras menambah kecepatannya, namun nasib berkata lain, ia tidak dapat berbelok dan menabrak sisi belakang Ferari merah itu. Aku melihat mobil itu berputar hingga akhirnya terguling. Pembalap itu coba untuk keluar dari mobilnya dan semua orang berteriak “Awas !!!”. Apadaya, ketika ia keluar dan mencoba berdiri, sebuah mobil melaju kearahnya.
“DEBUUM”

Tubuh pembalap itu melayang-layang dan kemudian jatuh tak berdaya. Dan aku. Aku terdiam, tubuhku kaku dengan apa yang telah terjadi. Setelah sahabat-sahabatku berlari kearahnya dan setelah orang-orang mengerumuni tubuh pembalap itu, barulah aku tersadar . Namun aku tetap terpaku melihat yang terjadi.
“Ricky” hanya itu kata yang keluar dari bibirku bersama tangisku dalam diamku.

Sumber : Arun Delau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa berbagi ya sob