Acara TV sore ini tak satupun membuat aku
tertarik, kalau sudah begini aku bingung, entah apa yang
harusakulakukan. Risa bersama Ali kekasihnya. Dan sahabat ku Bima entah
kemana.Bioskop dan mall, bukan tempat yang aku suka, apalagi harus pergi
sendiri.
Karena sudah cukup bosan berdiam diri, akhirnya aku
memutuskan untuk mencuci mata dengan mengendarai mobilku mengelilingi
kota ini. Aku terus melihat kekanan dan
kekiri, tanpa sadar aku tidak melihat seorang lelaki sedang menyebrang
dan “C I I I I T …” suara rem mobilku berdenyit kencang. Aku turun dari
mobilku dan berjalan kearahlaki-laki itu.
“Hey, kalo jalan pake mata dong !” Kataku kesal.
“Udah salah, marah-marah lagi” Jawabnya datar dan beranjak pergi.
“Hey, tunggu !” Teriakku dan hanya di abaikan olehnya. Pandanganku
terus membuntutinya hingga akhirnya ia hilang di kerumunan orang.
Aku masuk kemobilku dan melanjutkan perjalananku. Tak jauh dari situ,
aku melihat restoran baru di tepi pantai. Karena perutku mulai lapar,
aku memutuskan untuk pergi ke restoran itu.
Setelah memarkirkan
mobil, aku langsung masuk ke restoran itu dan memilih tempat yang
mengapung di pantai. Untuk menuju tempat itu, aku harus melewati
jembatan yang terbuat dari bambu. Sesampainya disana, aku tidak langsung
duduk melainkan menikmati pemandangan sekitar hingga akhirnya seorang
pelayan datang.
“Permisi, mau pesan apa?” Tanya pelayan ramah.
Aku membalikan badanku dan terkejut dengan apa yang aku lihat. “Kamu yang tadikan?” Tanyaku yakin.
“Maaf ?” Jawabnya datar.
“Kamu hanya tinggal jawab iya dan segera minta maaf sama saya karena kamu hamper membuat saya celaka” Ucap ku kesal.
“Baiklah, saya permisi dulu, jika sudah menentukan ingin memesan apa,
pelayan saya akan kesini untuk melayani anda. Permisi” Sahutnya dengan
nada yang masih datar dan pergi.
***
Keesokan harinya. Aku
mengendarai mobilku menuju rumah sepulangku dari kampus namun tiba-tiba
mobilku berhenti di tengah jalan. Aku pun terpaksa keluar dan melihat
yang terjadi, ternyata ban mobilku terkena paku. Aku berharap ada
seseorang yang lewat dan bias menolongku. Namun tak seorangpun lewat,
karena hujan deras dan rasa takut mulai menghantui akhirnya aku
meninggalkan mobilku dan berjalan menuju perumahan terdekat. Kulihat
laki-laki pemilik restoran itu berjalan keperumahan, kuikuti terus dan
akhirnya ia masuk kesebuah rumah sederhana yang cukup mewah.
“Aku rasa aku mengenali rumah ini” Gumamku.
Setelah kurang lebih lima menit ia masuk kedalam rumah, aku masih
terpaku dalam lamunanku. Aku memberanikan diri mengetuk pintu rumah
itu.Laki-laki itu keluar.
“Emm, akuboleh berteduh disini gak?” Tanyaku memelas.
“Kenapa aku harus menolongmu?” Tanyanya balik.
“Udah deh Ky, kamu jangan pura-pura jutek gitu lagi ahh, aku udah inget semuanya. Kamu Ricky kan?” Kataku percaya diri.
“Haha, ketauan deh. Makin jutek aja kamu, udah yuk masuk” Jawabnya mulai ramah
Kita berbincang-bincang tentang masa-masa SMP dulu.Ia dari dulu memang
terkenal dingin namun sebenarnya ia lucu dan asyik diajak ngobrol bahkan
dari dulu aku sangat menyukainya. Semenjak saat itu, aku dan dia sering
bertemu, berbincang-bincang, bersenda gurau hingga akhirnya ia
memperkenalkan dunianya padaku. Ia adalah seorang pembalap liar. Namun
aksinya selalu di tunggu-tunggu penonton yang setia menyaksikan balapan
liar itu.
Hari itu untuk pertama kalinya ia mengundangku dan
sahabat-sahabatku untuk melihatnya bertanding. Ia membawaku berputar
mengelilingi jalur balapannya dengan perlahan. Ia banyak menceritakan
kisah-kisahnya saat perjalanan. Ia lalu menurunkanku di garis start dan
mengantarku ketempat sahabat-sahabatku yang sudah duduk bersama
kekasihnya masing-masing.
Di depan sahabatku, Ricky menggenggam tanganku dan berkata “Kamu tau gak masalah yang sampai sekarang masih menghantuiku?”
Aku yang terkejut dengan yang dilakukan Ricky hanya bias menggeleng tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“Aku suka sama kamu, sebenarnya ini udah aku pendam dari kita SMP dulu
sampai sekarang dan sekarang di depan sahabat-sahabat kamu, aku mau
bilang apa kamu mau jadi pacaraku?” Katanya dengan tatapan tajam kearah
mataku.
“A-asal kamu tau, dari dulu sampai sekarang aku nunggu kamu
buat ngucapin ini” Jawab kutersenggal-senggal karena saking bahagianya.
“Jadi, kamu mau?” Tanyanya meyakinkan dan aku hanya mengangguk.
“Makasih yaa Seny, aku lega udah ngungkapin ini semua ke kamu dan
kalaupun aku harus mati detik ini juga aku rela …”
“sssstttt, gakbolehngomongbegitu” Ucapkumemotongpembicaraannya.
Karena balapan akan segera di mulai, aku menyuruhnya agar segera ke
mobil dan bersiap. Ia pun meng’iyakan dan berjalan menuju mobilnya. Para
pembalap kini berdiri di samping mobilnya masing-masing. Aku mengekori
Ricky dengan pandanganku. Ia lalu melempar senyum kepadaku dan
melambaikan tangannya. Aku membalas lambaiannya dan kemudian ia bergegas
masuk kedalam mobil. Ia mulai menyalakan mobilnya dan kemudian diikuti
pembalap lainnya. Lampu kini berwarna hijau dan semua mobil melaju
dengan kencang, tak terkecuali mobil Ferari merah buatanJerman yang
dikemudikan oleh Ricky.
Pertandingan berjalan lancer hingga
akhirnya sampai pada lap terakhir. Ferari merah sampai pada tikungan
terakhir. Di muka tikungan, sebuah pembalap lain bersikeras menambah
kecepatannya, namun nasib berkata lain, ia tidak dapat berbelok dan
menabrak sisi belakang Ferari merah itu. Aku melihat mobil itu berputar
hingga akhirnya terguling. Pembalap itu coba untuk keluar dari mobilnya
dan semua orang berteriak “Awas !!!”. Apadaya, ketika ia keluar dan
mencoba berdiri, sebuah mobil melaju kearahnya.
“DEBUUM”
Tubuh pembalap itu melayang-layang dan kemudian jatuh tak berdaya. Dan
aku. Aku terdiam, tubuhku kaku dengan apa yang telah terjadi. Setelah
sahabat-sahabatku berlari kearahnya dan setelah orang-orang mengerumuni
tubuh pembalap itu, barulah aku tersadar . Namun aku tetap terpaku
melihat yang terjadi.
“Ricky” hanya itu kata yang keluar dari bibirku bersama tangisku dalam diamku.
Sumber : Arun Delau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Ketika Malam Itu"
Posting Komentar