setiap kali kau kujumpai
”menggenanglah, barangkali di tubuhku
kau telah lama ada”
tapi aku ingin mengalir
sambil menafsir liukan luka di tubuhmu
menjadi tamu
meski kita tak kunjung merasa bertemu
mencari alamat
meski tak pernah pasti setiap isyarat
“tanpa kau, aku akan menyerpih
menjadi debu”
tak akan pernah cukup bagiku
bila sekedar lesap ke tubuhmu
”apalah beda sebuah dunia bagimu
bila hulu dan hilir terlahir sebagai dirimu sendiri”
awal dan akhir
bagiku ada pada matahari
(ketika dua matahari
jatuh di batas samudera
ketika ombak membuka diri
memanggil para penunggang pagi)
aku mendengar dzikir musafir
aku melihat daun-daun menguning
“berulangkali kau terlahir
dan kita selalu bertemu”
bukankah aku menumbuhkan
segala yang kau kandung?
Loketz Syair
meski kita tak kunjung merasa bertemu
mencari alamat
meski tak pernah pasti setiap isyarat
“tanpa kau, aku akan menyerpih
menjadi debu”
tak akan pernah cukup bagiku
bila sekedar lesap ke tubuhmu
”apalah beda sebuah dunia bagimu
bila hulu dan hilir terlahir sebagai dirimu sendiri”
awal dan akhir
bagiku ada pada matahari
(ketika dua matahari
jatuh di batas samudera
ketika ombak membuka diri
memanggil para penunggang pagi)
aku mendengar dzikir musafir
aku melihat daun-daun menguning
“berulangkali kau terlahir
dan kita selalu bertemu”
bukankah aku menumbuhkan
segala yang kau kandung?
Loketz Syair
0 Response to "AIR DAN TANAH YANG DI JUMPAINYA"
Posting Komentar