>>> Loketz Syair

Kisah Paling Sedih "Cinta Seorang Suami"

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri.

Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku. Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya. Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya. Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku. Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. Apalagi ? Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana? tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku.

Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena musuh aku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi ? aku kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku. Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku. Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku.

Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia. Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku. " Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi.  Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang. Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku. Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy! "Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku.

Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi. Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu ? Aku merangkulnya sambil berkata Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta, Putriku menatapku, seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang ? Aku menggeleng, bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua. Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

 http://www.facebook.com/Arunthelau

Dimalam ini

Dimalam ini
di malam ini…
tanpa kusadari aku menangis…
mengingatmu dan mengenangmu
sekian lama aku menunggumu…
sekian waktu yang berjalan aku mencarimu
menahan rasa rindu yang ada dihatiku
yang tak biasa ku tolak hati ini
aku merindumu
semakin merindumu
tak kenal lelah
aku mencoba mencarimu
tak kenal waktu
aku mencintaimu
tak kan kenal lelah
aku mencarimu
walau kemanapun bumi berputar
aku tetap merindumu
dimalam ini….

Sumber : Arun Delau

Memutus Asa

Memutus Asa
Hiruk tak lagi pikuk
Malam kembali temaram
Sekat senja terus turun, capai tanah dunia
Tak lama muncullah Kirana
Si Cantik yang anggun, gemulai nan bercahaya
Terbangun ia dari lelapnya
Keluar menyambut bintang-bintang Surga
Kakiku terus berjalan
Pulang ke haribaan
Hatiku pun lelah, lemah mengucap pasrah
Mengejar mimpi usai sudah

Sumber : Arun Delau

Sesal

Sesal
saat rasa sesal datang menghampiri wajah sendu
diriku tak kuasa untuk menahan mengeluarkan rasa itu
cinta nya yang dulunya untukku sekarang tak ada lagi
hanya rasa sesal dihati yang kurasakan
ingin mendapatkannya tapi tak mampu
tak tau harus bersikap apa
hatiku rasa sesal saat mengingat itu semua
apakah kamu tahu itu
teringat kan slalu  tentang kamu
walaupun sekeras  apapun kau menjauh
hatiku tetap punyamu
tak ada  yang lain hanya dirimu
kau teringat dan slalu teringat dibenakku
 tak tau harus bagaimana bisa ku ulang waktu
yang mana ku bisa memilikimu seutuhnya lagi
bisakah kau dekati aku lagi seperti dulu
kalau itu terjadi tak akan ku lepas dirimu lagi
aku janji akan hal itu ……….

Sumber : Arun Delau

Hidup yang Tiada Arti

Hidup yang Tiada Arti
ku tau…
kau telah pergi jauh meninggalkanku
tak selamanya semua kenganmu akan ku ukir
ku hanya mampu melepaskan mu
bagaikan air yang mengalir
ku ingin berpikir untuk tiada henti
akankah dirimu mampu menerimaku kembali
mampukah kau membuka pintu hati kecilmu untuk ku lagi
ku ingin terus hidup untuk tiada henti
apakah mungkin lukisan itu mampu menjelmakan dirimu untukku
kau hanya hayalan bagiku
kau hanya kenangan untuk ku
di setiap malam gelisahku tak menentu
ku hanya mampu meneteskan air mataku
ketika ku mengingat kenangan manismu bersamaku
sebuah kata-kata yang akan ku ucapkan
ketika kau menjauh pergi meninggalkanku
kau tak pernah sadari
betapa kau yang ku sayang
Tanpa mu hidupku kan berakhir
tanpa mu hidupku tiadalah artinya lagi
seuntas kata-kata manis itu menghilang
kau menyakiti aku
pernah aku menyakitimu
pernah aku berpaling darimu
pernahkah aku mengkhianatimu ??
pernahkah kau mengerti akan hadirku untuk mu ????
Kini ku hanya mampu menerima semua itu
kini ku hanya mampu menahan semua luka itu
mungkin aku yang salah
mungkin aku terlalu bodoh menahan luka
karenaku telah mencintaimu sepenuhnya hati ini
Oh Tuhan …
buka kan lah pintu hatinya untuk ku kembali
ku tak ingin semua ini terjadi
menimpah diriku
Setiap mendengar ketukan sepatu
mataku selalu melihat keluar jendela
dan setiap kali yang ku temukan
hanyalah batu , rumput ,angin yang berlalu ….
Mungkin ku hanya mampu menerima semua itu,
rasa sakit yang telah ku rasakan membeku ,
rasa sakit itu akan hilang jika kau kembali di pelukanku

Sumber : Arun Delau

Senyuman yang Mengingatkanku

Senyuman yang Mengingatkanku
waktu tidak akan pernah menghilang
jika kau memiliki senyuman
yang membuatku mengingat akan dirimu
senyumman mu mengingatkan ku ketika di waktu senja
hanya satu ungkapan yang ku punya
dan ku kan ingatkan kau pada cinta ku
waktu…
hari….
musim yang ku tempuh bagaikan embun
yang terucap hanyalah hati yang bimbang
ku tak mungkin pernah menyalahkan cinta mu
ku tak mungkin pernah menyalahkan diri mu
karna kau datang di saat ku membutuhkan mu
dan kau pergi di saat ku mengharapkan mu
mungkin semua ini kan berlalu
ku hanya bisa melepasmu
dan mengingat kenangan manis disaat bersamamu
ketika ku terbayang wajahmu
ketika ku mengingat senyumanmu
selalu ku ingat akan hadirmu disaat yang kita lalui
jika suatu hari
ku rindu padamu ku mohon kau kan hadir di pelukan ku
ku berharap kau dapat hadir di sisi ku untuk selamanya
di senyumanmu ..
ketika ku meyaksikan cinta mu tidak berujung
hingga hembusan nafas terakhir ku
selalu ingat kata-kata sayang yang kau ucapkan
maaf kan ku
jika ku pernah menyakiti mu
ku kan menghilang dari hadirmu untuk selamanya
Walaupun itu semua
Menyakiti ku

Sumber : Arun Delau

Jiwa Yang Sepi

Jiwa Yang Sepi
dalam ketidakberdayan ku
dalam ketidakpastian mu
dalam kediaman ku dan
dalam kebisuan mu membuat
semua jalan tanpa akhir
dalam ragaku dalam ketidakpastian mu
ku terus berharap akan datang hadir mu
ku persembahkan satu cinta buat mu

Sumber : Arun Delau

Dalam Kamar

Dalam Kamar
berjeruji hari kelam
berteman dengan lampu-lampu yang enggan bersinar
aku sendiri
tangisi setiap tarikan nafasku yang sia-sia
hingga kering mata
tak ada aksara dalam fikiran
suram
tak ada pena yang menari-nari
di atas kertas
hanya sebatang rokok
terselip dalam jemari
kepulan asap, mencekik
bagai pisau
memotong nadi, aliran darah.
bagaikan tali yang menarikku
dalam lembah kesunyian.
meniti tiap detik
yang masih gelap

Sumber : Arun Delau

Menunggumu

Menunggumu
hujan meniupkah buliran-buliran airnya
angin menghembuskan udaranya
aku duduk disini
menunggumu
matahari bersembunyi di balik awan
bulan pun enggan hadir
aku masih di sini
menunggumu
burung-burung berceloteh riang
jangkrik bernyanyi gembira
aku tetap di sini
menunggumu
dedaunan kehilangan warnanya
hembusan angin mencampakkannya dari tangkainya
aku selalu disini
menunggumu

Sumber : Arun Delau

Bingkai Malam

Bingkai Malam
Untukmu aku bertanya.
Tentang relung itu, relung malam
di pelupuk mentari.
Betapa aku berkali-kali hanyut melodi senjamu.
Untukmu juga, lihat pundak itu
pundak retak bingkai malam.
Betapa retaknya membuat relungku terjungkal.
Untukmu,
di bingkai malam ini rembulan bergurau.
Dia kata tetes permatamu biru.
Biru, benar, layaknya tiraimu,
Tirai hatimu membiru terhempas rembulan.
Andai engkau tahu.
Biorama irama malam penuh tanya.
Aku kira ini malam panjang.
Dan aku merasa, mungkin
sengaja ia tutup persegi cahaya, lagi
dengan tirai permata biru, seakan ingin
relung senyum mu tak lekas lepas
dari bingkai malamku.

Sumber : Arun Delau

Yang Pergi Tanpa Melambaikan Tangan

Yang Pergi Tanpa Melambaikan Tangan
Hanyut dalam euphoria
lantunan musik untuk menutup perjamuan
hari itu, semua bubar
melangkah pergi meninggalkan tanah
lapang rumput-rumput hijau.
dengan beberapa gengam keceriaan
yang terus terbawa sepanjang jalan.

Sebelum berpisah,
kami lupa untuk melambaikan tangan.
hanya senyum bertemu
dengan senyum di beranda hati kami.
jauh dari sebuah sikap yang melankolis
sebenarnya setelah perjamuan itu,
kita sepakat dalam hati,
setelah ini tidak ada apa-apa lagi
antara seorang pejalan dengan
pemain musik pertunjukan di pesta perjamuan.

Sisa hidup ini telah terisi
dengan beragam jejak hati
dan lambaian tangan yang mengarak harapan
bahagia, tapi suatu ketika kenyataan berkata lain.
sering berakhir dengan elegi.

Baiklah sebagai penutup perjumpaan,
selalu aku bacakan isi dari Bhagavadgita;
“mereka semua dilahirkan ke dunia ini
karena darma..”
“lakukan kwajibanmu tanpa engkau
mengharap imbalan dari perbuatanmu..”

Seperti juga ketika engkau berpisah,
berlalu tanpa melambaikan tangan,
seolah engkau mengikhlaskan
semua yang engkau perbuat tanpa
harapan bakal dikenang dan dihargai.
Hidup adalah hari ini,
besok kita pun belum tahu apa
yang akan terjadi,
dan belum tentu juga kita akan selalu bermakna.

Loketz Syair

Patah Hati

Patah Hati
aku bahagia sayang
melihatmu bahagia
meski kau bunuh aku
tapi aku bahagia
biarlah semua menjadi usang
seperti kisah angin dan hujan
akan selalu ada
tapi dengan rasa yang berbeda
tenanglah, aku paham
masih ada yang lebih dari cinta
lebih dari segalanya
karena hidup adalah sementara
aku akan kuat, pasti
untuk kamu bahagia, harus

Sumber : Arun Delau

Untuk Sahabat

Untuk Sahabat
Air mata kian terurai saat ku membaca dan meresapi setiap kata yang kau tulis sahabat
Banyak yang harus kupelajari darimu
Ketegaranmu…
Kepolosanmu…
Kesetianmu terhadap perasaan
Hebatnya seseorang yang menghiasi kehidupanmu
Mengajarkanmu…
Membimbingmu…
Melindungimu…
Hingga menjadikan kau malaikat bagi setiap orang
Sahabat…
Aku terlalu mencintai ketegaranmu dalam kelemahanku
Aku terlalu mencintai kepolosanmu dalam kedewasaanku
Aku terlalu mencintai ketulusanmu dalam penantianku
Sahabat…
Ajarku selalu bahasa kalbu

Sumber : Arun Delau

Lelah

Lelah
ada saatnya aku merasa lemah
seperti si tua tanpa tongkat
ada saatnya ku kehilangan harapan
meski hati terus menyemangati
ada kalanya aku ingin menyerah
walau hati tak pernah memberi
ada kalanya aku pasrah
merasa diri terlalu lelah
walau wajah ku hiasi senyum secerah mentari
sungguh adakalanya aku teramat rapuh

Sumber : Arun Delau

Maafkan Aku Cinta

Maafkan Aku Cinta
betapa ingin kukatakan bahwa aku masih sangat sayang padamu
betapa ingin jua kukatakan dengan lantang bahwa tak akan ada pengganti dirimu didalam hatiku
karena cinta ini abadi untukmu
sejuta kisah telahpun tercipta namun kini semua sirna
hanya meninggalkan serpihan kenangan terpahat rapi nan abadi
sempat jua tersirat rasa sesal…
‘mengapa itu harus kulakukan..?
namun karena takdir berkehendak membuatku rela berpisah walau hatiku tak ikhlas
kecupan terakhir dibatas kota cukuplah sebagai pelipur dalam rana hatiku
aku tahu engkau sangat terluka karena kepergianku…
tapi tahukah engkau perih didalam jiwaku ini melebihi perih yang engkau rasai…
suatu saat nanti kala engkau sadar…
mengapa aku pergi darimu…
harapku ada sejumput maaf datang dari hatimu untuk diriku…
dan jika nanti kita bersua rupa… tersenyumlah sebagai tanda engkau telah memaafkan aku…
biarkan hati ini lukai diri untuk tata istiadatmu…
untuk dia dan kebahagiaanmu…
izinkan aku mengiris perih yang ada untukmu
hanya do’a dan restu yang bisa kuberikan padamu
jauh dilubuk hati ini segumpal cinta masih bersemi tapi itu tak penting lagi untukmu…
bencilah diriku, aku pun rela engkau menganggapku penghianat dalam ingatanmu..
hingga ingatanmu lamur dimamah waktu dan sampai nanti…
sampai diambang hatimu bisa mengerti akan cinta suci yang kuusung untuk dirimu….

Sumber :  Arun Delau

Tercipta Bukan Untukku


Cinta ini semestinya tak harus
kujalani jika hatiku kan kembali
dibajak sepi
Kita telah sama - sama melewati
lautan suka dan duka
tangis dan tawa
Dimana ada aku pasti disitu juga
ada kamu
Hingga kini kuharus terima
kenyataan yang sesungguhnya
Luka kembali mengiris perih
ditelungkup hati
Nyeri kurasakan hingga
membuatku sukar tuk bernafas
Lafadz cintamu hanyalah senda
gurauan semata
Kenapa mesti luka merentas air
mata jika hati merasa rela
Waktu menjinjing hari seolah
kian lamban menemaniku
Kuterpasung dikeranda nestapa
dalam dingin air mata
Kasih….
Kau rangkum luka yang
terdalam untukku…
Mulanya kutak percaya namun
ini nyata dan kenyataannya aku
tak mampu menepis suratan
takdirku
”Kembali terluka karena cinta”
‘satu pesan untukmu…
Terimakasih Cinta atas
sempalan waktumu yang
tersedia untukku,
Kini kuharus sadari bahwa
dirimu bukanlah untukku…

Sumber : Arun Delau

Penantian Semu


Tak usah lagi
kau Bawa mentari itu
yang membakar semangatku,
Biarkan saja aku
Dalam Sepi malam malamku
Tanpa Rembulanmu yang menemani
Oh Gusti,
Hilangkanlah Raut wajah itu
Manja canda tawa itu,
Aku tak perlu Semua itu
Tak Perlu Biduk Indah itu
Biarkan Dermaga ini tetap kosong
Sebagai tempat untuk yang terpilih
Tak perlu biduk yang besar,
Tak perlu Biduk yang semu
Ialah hanya sekedar merapat namun tak bersauh
Cukuplah Biduk yang kecil
sederhana namun setia
Yang rela melabuhkan sauhnya,
Hanya untuk dermaga ini…

Sumber : Arun Delau

Sepotong Masa Lalu

Sorot mata mengarah pada sudut masa lalu
Dimana aku pertama melangkah di dunia yang baru
Pastilah dulu aku buta,
Hingga aku begitu memerlukanmu
Dan ingatlah ketika kita pertama berjabat tangan
Ada setetes embun memercik ditengah senja yang merekah
Aku harap itu bukan hanya siluet,
Tetapi mimpi yang akan menjadi kenyataan
Bertahun-tahun kita mengalami pasang surut,
Namun kuharap kita akan kembali
Seperti air laut yang tak bosan dengan pantainya
Kalaulah tak ada jalan pulang,
Aku selalu berharap kita selalu se-dunia
Bersama sebagai sahabat,
walau tak mungkin saling mengikat
Dan ingatlah satu hal,
Rasa yang tulus tak mungkin padam seperti lilin yang tertiup angin

Sumber : Arun Delau

Waktu


waktu membawaku berlari
begitu cepat,,
menarik paksa
tubuhku yang telah ringkih
memaksaku untuk tetap
menatap kedepan sembari
menghela nafas berat..
masa lalu…
ingin aku menolehnya walau untuk sebentar saja sekedar untukku
menghilangkan dahaga kerinduanku
akan masa_masa indah saat aku
masih memiliki cinta
saat ini sepertinya aku telah mati,, rasaku hilang entah kemana…
duka…
bahagia…
apapun namanya, semua bagiku sama tak ada lagi indah
yang dulu selalu membuatku tersenyum kini semua pecah,
berhamburan dan sirna ditelan linangan air mata
andainya aku mampu, aku ingin kembali kemasa itu, dimana ada senyum dan tawa
Saat ini aku ingin rasaku kembali
agar aku merasa hidup lagi,
aku ingin hatiku utuh lagi sebagai
mana dulu sebelum aku
mengenal cinta.

Sumber : Arun Delau

Persahabatanku Penuh Dosa


Kawan lama bercanda tawa
Terbahak terlihat gila
Bau alkohol menyelimuti udara
Tapi lawannya tak pula berat menerima
Ia sudah lama bersama
Terbagi rata bagi semua
Lima puluh dua untuk bertiga
Seratus empat untuk berlima
Begitu seterusnya
Namun kawanku tak mau
Semua hanya untuknya
Kini hanya ada lima puluh tiga
Ia dan mereka yang terkemas bersama
Mempercayakan nasib dari buatan manusia
Kawanku telah tersadar lama
Namun mereka itu candu
Kurang satu gemuruh membatu
Kini mereka hanya berbicara
Dengan berbagai hilang rasa
Dengan setumpuk temannya
Lima puluh dua yang telah setia
Dengan bertumpuk kalah
Ia berlumur darah
Kawannya hanya diam membisu
Sedang kawanku telah berlalu
Ke tempat itu
Dimana maaf selalu dinanti
Dimana lelah selalu dinanti
Dimana sesal selalu datang silih berganti
Tapi persahabatan itu tak berlalu
Berjuta turun berganti
Kawan lama ku telah pergi
Kawan baru ku datang kembali
Berbuat dosa bersamaku
Meski aku tak mau
Apa daya ku?
Hanya setumpuk kartu
Tugasku tuk diam membisu
Selama kawan-kawanku
Berbagi dengan ku
Bertumpuk dosa dari jalannya waktu

Sumber : Arun Delau

Putus Cinta


Aku tak merasa kalah dalam penantian ini
Aku hanya merasa lelah yang teramat sangat
Setelah mengurung hatiku dalam cinta yang tak pernah terjawab
Aku seperti tertusuk duri yang tak pernah kusadari
seberapa dalam meninggalkan luka perih
Menikmati sakitnya sampai tak terasa lagi luka telah mengalirkan darah
Begitu dalamnya cinta menghunjam hingga tak bisa kubedakan lagi antara tangis & tawa
Keduanya telah menjadi satu dalam butiran hampa
Terbata dalam kata
Tertatih dalam jejaknya
Tersia-sia tanpa bahagia
Aku mungkin belum kalah, tapi yang pasti aku mulai kecewa
Membawa kakiku berjalan menjauh dari cintamu
Perlahan tapi pasti
Tertahan tapi tak punya daya untuk kembali


Sumber : Arun Delau

Kehidupan


untuk hidup.. segalanya harus di lakukan…
untuk hidup.. kufikirkan apa yang terbaik…
untuk hidup.. aku mencoba untuk selalu sabar…
untuk hidup.. kuingin ada org yg selalu bsa jdi segala’a untukku…
untuk hidup.. kucari kebahagiaan yg sulit untuk di dapat…
untuk hidup.. aku mencoba merubah apa yang ada…
untuk hidup.. aku tersenyum…
untuk hidup.. aku mengalah…
untuk hidup.. aku menutup diri…
untuk hidup.. aku menangis…
untuk hidup aku tertawa…
untuk hidup aku berjalan dan berlari…
karena hidup ini membuatku berfikir apa yang akan terjadi bila aku hanya berdiam diri…

Sumber : Arun Delau

Ketulusan



Kasih sudah kupertaruhkan hidup ini bagi dirimu
Tetapi angin hari ini tetap terasa bukanlah milikku
Sebab tiupannya tidak lagi mampu menyejukkan hati
Tak seperti yang pernah kau janjikan dan bisikan
Lirih ditelingaku manakala kita khusuk mereguk manisnya cinta
Dan sekarang aku harus kembali menyapa sunyi
Sendiri diam bertahan ditengah kepungan kecemasan
Memilin milin suratan nasib dalam desah kegalauan

Kasih dengan apalagi dan harus bagaimanakah
Aku mesti memberi keyakinan kepada dirimu tentang
Cinta yang kugenggam dan kupersembahkan padamu
Selama ini seluruh dan sepenuhnya berselimut ketulusan
Tak ada segaris bingkai dusta yang coba kusembunyikan
Dan dari dirimu akupun hanya berharap ketulusan
Tak lebih dari itu sebagaimana telah kita sepakati
Lewat tatap mata dan halus kecupan bibir


Sumber Puisi : Arun Delau

Merenungi Makna Kegagalan



Apa yang timbul dalam benak anda ketika mendengar kata gagal ?

Kadang kegagalan membawa kita ke jurang keterpurukan hidup, tapi jika kita mampu flash back dari kegagalan yang kita alami, Insya Allah akan menghasilkan sebuah makna yang dapat menjadi guru untuk memperbaiki semua kegagalan kita dimasa lalu.

Sebagian besar dari kita melihat gagal sebagai suatu hal yang memalukan dan merupakan aib yang harus dihindari dalam hidup kita. Jika anda seorang mahasiswa, apa yang akan anda lakukan bila mendapatkan IP (Indeks Prestasi) di bawah 1? Harapan semua orang tentu ingin mendapatkan IP lebih dari 3.0, kalau yang terjadi sebaliknya, maka kita merasa itu merupakan sebuah tamparan telak yang menimpa kita.

Demikian juga dalam dunia pekerjaan. Di jaman modern
ini masih banyak kita dapati karyawan yang mencari ”orang pintar” hanya
untuk minta agar posisi jabatan mereka tidak di geser dan di mutasi ke
tempat yang ”kering”.

Apakah memang
kegagalan itu adalah suatu hal yang sedemikian mengerikan sehingga
begitu banyak orang yang tidak mau merasakan dan kalau bisa terhindar
dari kegagalan selama hidup mereka?

Sebuah artikel yang pernah aku baca mengatakan bahwa kegagalan memberikan kesempatan kepada kita untuk belajar mencari cara yang lebih baik untuk melakukannya. Kegagalan mengajarkan kita sesuatu hal baru dan menambah pengalaman kita.

Jadi kalau kita memandang kegagalan ada sebuah sukses yang tertunda, maka kita akan mendapatkan suatu pemahaman yang lebih utuh. Gagal
memang berarti tidak berhasil, tetapi bukan berarti kita akan terus
menerus tidak berhasil. Gagal hanyalah bersifat sementara, tetapi dari
kegagalan yang kita alami kita akan mendapatkan banyak hal baru yang
akan menambah wawasan dan pengalaman kita.

Salah satu contoh kisah hidup seseorang yang pernah mengalami kegagalan secara signifikan yaitu Soichora Honda yang kurang berhasil dalam dunia pendidikan di sekolahnya kaena terlalu banyak melamun dan mereka-reka aneka penemuan genisu, fisiknya lemah dan tidak tampan, sering mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya dan nyaris bangkrut berkali-kali. Namun ia tetap survive dan bahkan ia dapat membuktikan dirinya sebagai seorang yang sukses dalam mewujudkan impian-impiannya dan dikenang sampai saat ini melalui brand motor HONDA yang memegang peranan sebagai pemimpin pasar dikelasnya.

Nelson Mandela yang pernah menjadi tahanan politik selama lebih dari 15 tahuh mendekam dalam penjara, namun kita semua tahu ia telah menjabat kedudukan sebagai seorang presiden.

Seorang fisikawan yang sangat genius yaitu Stephen Hawkings dengan kondisi tubuhnya yang nyaris lumpuh total dan dapat berjalan hanya karena bantuan kursi roda namun ia tetap memberikan banyak kontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan fisika yang sangat berguna dan banyak dikagumi oleh ilmuan-ilmuan kelas dunia.

Ketika
mereka berjuang banyak kegagalan dan tantangan yang di hadapi, tetapi
hal itu semua bukannya membuat mereka menyerah malah membuat mereka
menemukan cara yang lebih baik dan menjadi berhasil.

Cara pandang
banyak orang mengenai kegagalan selama ini banyak yang tidak lengkap,
mereka hanya melihat suatu sisi bahwa gagal sama dengan tidak berhasil.
Tetapi lupa bahwa ada sisi lain dari ketidak berhasilan, ada suatu
kesempatan untuk bisa lebih berhasil.

Ketika kita
mengalami kegagalan, karena tidak lulus kuliah, gagal mencapai target,
gagal mendapatkan pasangan ataupun bermacam kegagalan lainnya. Kita
tidak berhenti, karena sebenarnya kegagalan yang kita alami sedang
mempersiapkan kita menuju kesuksesan melewati jalan lain yang harus
kita lewati. Maknailah kegagalan Anda dan jangan berhenti untuk
berusaha.

Bangkit dari Kegagalan

Sebagai manusia tentu kita memiliki perasaan dan emosi. Pada saat kita melakukan kesalahan ataupun kegagalan yang menurut kita sangat mengecewakan dan memalukan diri kira, tentu kita merasa kesal, sedih dan bingung. Tidak jarang pula kita mungkin marah terhadap diri kita sendiri. Jika kita memang merasakan hal yang sedemikian, kita berhak meluapkan kesedihan kita sejenak dengan menangis, menceritakan kekesalan maupun kesedihan kita kepada keluarga ataupun sahabat yang kita percayai.

Namun kita tidak boleh terus menerus terlarut dalam situasi dan kondisi seperti kita. Kita tidak boleh terus menerus menangisi keadaan kita, kita juga tidak boleh terus menerus marah terhadap diri kita dan mengatakan bahwa kita adalah orang yang paling bodoh dan paling gagal.

Kita tidak berhak mengklaim diri kita seperti itu karena masih banyak orang yang lebih gagal dari kita yang tidak kita ketahui, selain itu juga perbuatan tersebut akan menghalangi kita untuk meraih kesuksesan yang sedang menanti untuk kita raih.

Kegagalan bukan merupakan suatu hal yang patut kita tangisi dan disesali terus menerus, karena tangisan tidak akan mengubah kegagalan yang telah menimpa kita, namun kita harus berbesar hati karena kita telah memiliki pengalaman yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain.

Bangkit kembali dari kegagalan memang bukan hal yang mudah, namun juga bukan merupakan hal yang mustahil. Yakinlah kita akan berhasil.

Sumber : Arun Delau

Ketika Anda Jatuh



” KETIKA ANDA JATUH …………
KETIKA ANDA GAGAL………….
KETIKA ANDA TIDAK MEMILIKI APA-APA………..
SESEORANG YANG BERSAMA ANDA………ADALAH TEMAN SEJATI ANDA
KETIKA ANDA BERHASIL………..
KETIKA ANDA KAYA………………….
KETIKA ANDA DAPAT MEMILIH DAN DUNIA SEAKAN MILIK ANDA………………….
SESEORANG YANG BERSAMA ANDA……….BUKANLAH TEMAN SEJATI ANDA ,
IA MENGINGINKAN SESUATU DARI ANDA. “
“PANDANGLAH SEGALA SESUATU DARI BERBAGAI SUDUT……..JADILAH BIJAKSANA “.
“MUSUH TERBESAR MANUSIA ADALAH DIRINYA SENDIRI “

Sumber : Arun Delau
Bila Anda Puas Berikan Komentar