Mungkin kisahku ini bagai
pungguk yang merindukan bulan, ya pungguk yang merindukan bulan karena
aku cuma seorang PSK yang mencintai seorang laki-laki yang kebetulan
berkedudukan sebagai seorang manager disebuah perusahaan.
Aku mencintainya karena aku menilai ia seorang pria yang memiliki sesuatu yang istimewa yang aku sendiri tak bisa
menerkanya. Walau dilihat dari sisi agama, ia bukanlah pria yang taat
dalam menjalankan ibadah agamanya, buktinya hampir setiap bulan ia
mengunjungiku, walaupun tak selalu untuk melampiaskan hasrat
kelelakiaannya.
Mengenal Pri (bukan nama sebenarnya), seperti
mengenal seorang professor yang punya banyak jawaban ketika aku
bertanya. Dari laki-laki ini juga aku bisa merasakan sebuah cinta yang
sesungguhnya dari hatiku, bukan karena nafsu, bukan karena uang, tapi
benar-benar karena kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari seorang
laki-laki yang selama ini belum pernah aku dapatkan.
Usiaku
memang telah menginjak 26 tahun, tetapi selama itu tak pernah sekalipun
ada laki-laki yang benar-benat memberikan perhatian yang tulus buatku.
Yang ada dari sekian laki-laki yang pernah menjalin asmara dengaku,
mereka cuma mau menikmati kehangatan tubuhku dengan gratis, pun dari
para pelangganku. Mereka cuma datang, melucuti pakaian, ‘pasang badan’
menggelepar dan bayar, cuma itu saja tak ada aksi lain.
Berbeda
dengan Pri yang setiap kali datang selalu menyuguhkan cerita-cerita
yang membuatku selalu bisa tersenyum, bukan tersenyum semu, tetapi
benar-benar tersenyum, bahkan aku bisa bermanja ria, dan menggelayut
mesra. Pri memang romantis buat ukuran seorang pelanggan, setiap datang
ia selalu membawa oleh-oleh untukku. Terkadang membawa buah-buahan,
terkadang mempersembahkan sekuntum bunga mawar, bahkan ia pernah
membacakan sebuah puisi manis sebelum ia akhirnya mencumbuku.
Begitu pula saat kami memulai ‘prosesi pergumulan’, ia begitu lembut
membelai, membisikan kata-kata yang membuatku merasa terbang ke
awang-awang. Hal-hal seperti itulah yang membuat aku bisa menikmati
‘permainan’ ini, bahkan terkadang ia membuatku seperti cacing kepanasan,
menggelapar merasakan sensasi yang begitu menghanyutkan seluruh aliran
darahku.
Pun ketika ia berhasil menyelesaiakan ‘tugasnya’, tak
seperti pelanganku yang lain yang langsung diam dan pergi begitu saja
setelah membayar, Pri selalu mencium keningku dengan mesra, memeluku
dengan hangat sambil membisiakan kata-kata “Aku pasti akan kembali lagi,
dan memberimu kehangatan seperti saat ini”. sepertinya aku baru saja
melayani layaknya suami sendiri, buakn melayani pelanggan yang telah
membayarku sekian rupiah untuk mendapatkan kepuasan dariku.
Di
lain waktu ia sengaja datang kepadaku hanya untuk sekedar ngobrol,
membicarakan banyak hal, tentang pekerjaannya, tentang atasannya yang
katanya terlalu bawel, tentang rencananya membeli sebuah rumah yang
kelak akan ia jadikan istana bersama istri dan anak-anaknya, “Cuma
sayang aku belum menemukan perempuan yang aku idam-idamkan selama ini,”
ujarnya, seperti hendak memberiku kesempatan.
Tak jarang ia
juga memberiku banyak nasehat agar aku selalu berhati-hati dalam
menerima teman kencan, agar aku lebih selektif dan bahkan memberiku
trik-trik agar pelangganku bisa menikmati apa yang aku suguhkan. Dan
entah mengapa, aku merasa tak enak hati saat ia berbicara seperti itu.
hingga aku pernah berjanji kepadanya, bahwa aku tidak akan pernah
melayani ‘tamu’ lain selain dirinya. Namun tentu saja aku tak berani
mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya terhadapnya.
Setelah
sekial lama terbuai oleh cinta yang bergelora di dadaku, tiba-tiba Pri
menghilang begitu saja, tak pernah mengunjungiku lagi, tak pernah
memberi kabar seperti sebelumnya. Entah mengapa aku begitu kecewa,
kekecewaan yang sebenarnya tak layak aku rasakan, toh Pri cuma pelanggan
tetapku, dan aku cuma seorang pemuas nafsu yang dibayar dan sepertinya
tak layak untuk mendapatkan cinta dari Pri, tapi apakah aku salah karena
aku mencintainya.
Jika saja Pri tahu jika aku mencintainya,
mungkinkah ia akan membalas dengan sentuhan-sentuhan mesra, dengan
pinangannya dan menempatkan aku dalam istananya seperti yang pernah ia
ceritakan, mungkin ini cuma sebuah harapan, harapan semu yang membuatku
bisa bermimpi indah dan menunggu ia mengatakan cinta dalam mimpi itu, oh
alangkah indahnya jika semua itu menjadi kenyataan.
http://www.facebook.com/Arunthelau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Kutunggu Kau Katakan Cinta"
Posting Komentar