Ia tidak hanya dikenal
sebagai seorang yang baik dan cerdas, namun lebih dari itu ia dipandang
sebagai seorang yang amat bijaksana. Setiap kali berhadapan dengan
persoalan yang paling rumit sekalipun, ia pasti akan mampu keluar dengan
ide-ide yang cemerlang.
Anak kecil itu berdiri di hadapan kakek tua dan secara saksama memperhatikannya. Dalam hatinya ia berpikir
bahwa saat ini akan berakhirlah reputasi bapak tua itu sebagai seorang
bijak, karena ia amat yakin bahwa si kakek itu tak akan mampu memberikan
jawaban yang memuaskan.
Setelah cukup lama memperhatikan kakek
itu, dan sambil mengangkat tangannya yang tergenggam, anak itu
mengajukan sebuah pertanyaan;
“Kakek yang bijaksana;
katakanlah kepadaku, apakah burung kecil yang ada dalam genggaman
tanganku ini masih hidup atau telah mati?” Anak itu berpikir, kalau
dijawab sudah mati, maka ia akan melepaskan burung yang masih hidup
dalam genggaman tangannya itu terbang. Sebaliknya, bila dijawab masih
hidup maka ia akan meremuk keras burung tersebut hingga mati. Dengan itu
pak tua tersebut akan kehilangan nama baiknya.
Anak itu
semakin tidak sabar menanti, karena kakek tua tersebut tidak segera
memberikan jawabannya. Setelah agak lama berpikir, kakek tua itu
berkata;
“Secara jujur harus aku katakan bahwa aku tak tahu
apakah burung kecil dalam genggamanmu itu masih hidup atau telah mati.
Namun aku tahu satu hal, yakni bahwa nasib burung itu berada dalam
genggaman tanganmu.”
Hidupkupun bagaikan nasib burung kecil
itu, karena Tuhan menghargai kebebasanku untuk menentukan arah dan nasib
hidupku sendiri.
Tarsis Sigho – Taipei
Kisah Cerita
Inspiratif diatas, DB kutip dari Marketingaholic. Mudah-mudahan
memberikan inspirasi yang baik bagi kita semua. Amien
http://www.facebook.com/Arunthelau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Nasib Seekor Burung"
Posting Komentar